Pangeran Sambernyawa Pemberontak Tanah Jawa Karya Sri Hadidjojo

By:

Kontributor: Nabhan Ahmad

Nabhan Ahmad.jpg

Pambuka

Dalam zaman yang serba maju dan modern, sebenarnya sudah tidak pada tempatnya menerbitkan buku dongeng atau cerita kuno yang mengungkapkan kesaktian, mukjizat, atau hal-hal gaib yang biasanya dikatakan tidak logis.

Dongeng atau cerita kuno yang disangsikan kenyataannya. Di tambah lagi, cerita kuno selalu berkisah di seputar raja-raja, bangsawan, yang bertendensi feodalistis. Tetapi bagaimanapun, kita tidak dapat menghilangkan atau menghapus kenyataan yang terjadi pada zaman tua, sebab kita tidak akan dapat menjadi kita yang sekarang ini jika tidak melewati zaman lampau.

Tanpa mengetahui lampau secara mendalam, kita tidak mungkin menyelami secara baik zaman kita sendiri, karena kita tidak mempunyai alat pembanding. Zaman kita ini pun akan lewat sebagai impian kabur yang tak berkesan.

Oleh karena itu, dan karena ejekan yang sering terdengar pada zaman sekarang tentang dongeng atau cerita kuno, ada baiknya diterbitkan beberapa buku yang sengaja dibuat dalam bentuk roman kuno-modern, guna melengkapi perpustakaan kita.

Syukur usaha ini bisa bermanfaat, sekurang kurangnya untuk mencegah ejekan-serampangan lebih lanjut akan cerita-cerita kuno itu tanpa penyelidikan dan pengetahuan yang mendalam. Tidaklah mustahil bahwa kepribadian bangsa Indonesia yang sejati terbayang wajar dalam cerita-cerita kuno itu.

Kita tahu, jika sesuatu dipelajari secara tekun dan bersungguh sungguh, dalam 15-17 tahun kita pasti akan menyebut orang yang mempelajarinya sebagai seorang ahli.

Enam tahun sekolah rakyat atau sekolah dasar, disambung dengan enam tahun sekolah menengah, diteruskan dengan lima atau enam tahun lagi di sekolah tinggi, orang dapat memiliki kepandaian setingkat sarjana. Mengapa orang tidak menjadi sakti mandraguna, digdaya, jika ia tekun mendalami kesaktian dalam waktu yang sama di zaman tua itu?

Banyak roman sejarah yang bercerita tentang kisah di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Namun, masih banyak lagi buku yang dapat digali untuk melengkapi perpustakaan kita. Buku ini pun ditulis dengan maksud untuk melengkapi perpustakaan.

Cerita ini terjadi di Jawa bagian tengah. Sumber utamanya berasal dari cerita orang tua yang masih ingat akan kejadian-kejadian masa lalu, kemudian disesuaikan dengan Babad Tanah Jawa. Kedua bahan itu diolah dan dilengkapi dengan fantasi penulis agar lebih sesuai dengan zaman dan menarik selera pembaca.

Sudah barang tentu cerita zaman dahulu tersebut berisi tentang hal-hal yang sering dibilang mustahil, misalnya kesaktian. Namun, kita tak bermaksud meniru untuk menjadi sakti, Inti cerita ini adalah kisah “kepahlawanan” seseorang. Bagaimana ia membela dan mempertahankan dan berjasa terhadap negaranya.

Di samping itu, kami tak bermaksud menyinggung satu golongan. Justru kami ingin menunjukkan fakta bahwa perpecahan itu amat melemahkan dan merugikan. Yang penting bagi kami ialah kegotongroyongan. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Koreksi dan kritik dari sidang pembaca kami harapkan.

Hormat penulis,

Sri Hadidjojo

Tentang Pengarang

Raden Mas Ngabehi Sri Hadidjojo lahir di Solo pada 22 Desember 1909: meninggal di Bandung pada 23 Februari 1970: dimakamkan di Astana Bibis Luhur, Solo.

Pada zaman Belanda, karena berdarah biru, ia bisa bersekolah di MULO. Setelahnya ia mengabdikan diri sebagai guru. Ia juga mempelajari ilmu pedalangan dan menjadi dalang wayang kulit yang cukup mumpuni.

Pada 1942 ia berhenti mengajar karena kemelut Perang Dunia II Pada zaman kemerdekaan RI, ia bertransmigrasi ke Lampung dan dipercaya menjadi penilik sekolah di sana. Ia pun mendiri- kan SGB (Sekolah Guru Bantu) di Metro.

Pada 1954 ia kembali ke Jawa dan menjadi kepala SMPN 1 Madiun, kemudian dimutasi menjadi kepala SGA (Sekolah Guru Atas) di Kebumen sampai pensiun.

Di tengah kesibukannya mengajar, mendalang, dan membesarkan dua belas putra-putrinya dari dua istri, Srini dan Moekidjah, ia masih sempat meluangkan waktu untuk menulis.

Sejak 1952, ia telah menulis puluhan cerita, kebanyakan berbahasa Jawa. Buah karyanya yang pernah terbit adalah:

  • Bandot Singajudas Bareng Bubrah Marga Fitnah
  • Candikala
  • Dewi Anjar Merah
  • Djodho Kang Pinasthis Enggoking Rasa Welas Asih
  • Gara-Gara Tanggul Djebol
  • Gendjer-Gendjer
  • Golek Kentjana
  • Kenjaring Surja Andadari
  • Kombak Kombul
  • Kudhi Patjul Dhinga Landhepes Marga
  • Napak Tilas
  • Oh, Anakku
  • Pasien Ketiga
  • Putri Prembun
  • Sala Dadi Ler-Leran
  • Sembulihing Ati Perih
  • Serat Gerilja Solo
  • Setan Gundul Balekambang
  • Tutwuri Andajani
  • Warisan Kang Elok
  • Dan Wewe Gombel Ngisor Kreteg.

Sementara novel yang sedang Anda baca sekarang adalah karya terbesarnya yang pernah terbit pada 1960-an dengan judul Samber Njawa.

Sri Hadidjojo memegang teguh prinsip Jawa ojo dumeh (jangan mentang mentang), karena apa pun yang melekat pada manusia adalah kepunyaan Gusti. Ia juga meyakini sesanti Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti (angkara murka akan lebur oleh cinta kasih).

Almarhum Sri Hadidjojo, ialah penulis yang merupakan keturunan Pangeran Sambernyawa dari jalur KGPAA Mangkunegara III. — bersama Setiawan dan Ismuji K Hadi.

Dapatkan ebooknya di bawah ini. Semoga bisa menginspirasi serta menambah wawasan Sahabat sekalian. Note: Tidak boleh diperjualbelikan dengan alasan apapun. Ebook ini dipersembahkan oleh Rumah Tunanetra Indonesia untuk tujuan pelestarian karya yang sudah langka.

Salam literasi, RTI memang is the best!

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai