Belajar Seni Karawitan Untuk Pemula

Sugeng rawuh poro sanak kadang sutresno budoyo, jumpa dengan saya Deriy Dz di program Gita Nusantara edisi Jawa. Pada perjumpaan kita kali ini, kita akan membahas seluk beluk budaya Jawa dari perspektif saya yang masih picik dan dangkal. Namun begitu, saya akan mencoba menyampaikan pengetahuan dengan lugas dan jelas. Semoga sekelumit garam yang tertabur dapat menambah khasanah wawasan Sahabat sekalian.

Edisi kali ini kita akan membahas tentang seni karawitan dari daerah Jawa. Sebelum mempelajari seni karawitan lebih dalam kita perlu mengenal dahulu, apa sih karawitan itu?

Menurut Wikipedia, karawitan merupakan istilah seni dalam memainkan satu set perangkat gamelan dengan iringan vokal, gerong maupun sinden. Karawitan berasal dari kata rawit yang artinya halus atau lembut. Juga bermakna rumit, karena banyak teknik yang harus dikuasai oleh pemainnya.

Sedangkan gamelan sendiri berasal dari kata gamel, yang merujuk pada sejenis palu seperti alat pemukul yang digunakan oleh pande besi. Kata gamelan juga merujuk ke sebuah metode tentang bagaimana cara memainkan instrumen tradisional ini, yaitu dengan cara dipukkul. Penabuh gamelan disebut Yogo, penyanyinya disebut Sinden. Gerong adalah seni vokal yang dimainkan secara bersama-sama (koor) seperti paduan suara pada musik modern.

Hampir keseluruhan instrumen gamelan terdiri dari alat perkusi. Selain alat yang dimainkan dengan cara dipukul, beberapa instrumen harus dimainkan dengan ditiup atau digesek. Seperti rebab dan suling. Pada kesempatan lain kita akan mengupas lebih jauh mengenai masing-masing komponen dalam gamelan. Kita lanjut ke topik berikutnya.

Setelah mengenal karawitan serta piranti pelengkapnya, Sahabat tentu mulai merasa dekat dengan kesenian yang satu inni. Timbulah rasa cinta di hati kalian. Lalu, apakah Sahabat RTI juga penasaran, bagaimana sih cara yang enak untuk menikmati seni karawitan Jawa? Mudah. Pahami seni permainannya.

Dengan memahami pola permainan, Sahabat akan dapat membedakan jenis lagu yang sedang dibawakan. Ada kunci yang perlu kalian pahami di sini. Yaitu laras dan pathet.

Apa Itu Laras?

Laras adalah sistem skala antar nada, atau disebut juga tangga nada. Masing-masing laras memiliki notasi yang ditulis dengan angka dan diucapkan menggunakan bahasa Jawa. Angka 1 untuk Ji, 2 untuk Ro, 3 untuk Lu, 4 untuk Pat, 5 untuk Mo, 6 untuk Nem, 7 untuk Pi. Fungsinya mirip notasi pada musik modern, doremifasollasido.

Dalam kesenian gamelan dikenal ada dua laras, yaitu slendro dan pelog. Laras Slendro memiliki lima nada, yaitu ji, ro, lu, mo, dan nem. Sedangkan pelog punya tujuh nada, yaitu ji, ro, lu, pat, mo, nem, dan pi. Laras pada gamelan hampir sama dengan nada mayor minor di musik masa kini.

Sebagai jembatan antara kedua laras, ada nada yang digunakan untuk penghubung. Yaitu nada nem. Sehingga nada nem pada slendro dan nada nem pada pelog akan terdengar sama. Namun masih akan berkembang lagi, sebab pathet ikut menentukan arah permainan dalam seni karawitan.

Apa itu Pathet?

Pathet adalah sistem klasifikasi cakupan nada pada masing-masing laras. Gunanya untuk menciptakan suasana tertentu saat gamelan dimainkan.

Slendro dengan pathet manyuro, pathet songo, dan pathet nem.

Pelog dengan pathet barang, pathet limo, dan pathet nem.

Masing-masing pathet memiliki karakteristik umum. Akan muncul sebuah nada yang ingin ditekankan dalam setiap lagunya, disebut Dhong dan Kempyung. Sedangkan untuk nada yang dihindari adalah nada seleh.

Nada dhong pathet manyuro pada laras slendro terletak di nada (nem), kempyung di nada (ro), nada selehnya (mo).

Nada dhong pathet songo pada laras slendro terletak di nada (mo), kempyung di nada (ji), nada selehnya (lu).

Nada dhong pathet nem pada laras slendro terletak di nada (ro), kempyung di nada (mo), dan tidak ada yang dihindari sebagai nada seleh.

Sementara itu laras pelog dengan ketiga pathetnya yaitu pathet barang, pathet limo dan pathet nem, mempunyai karakteristik umum yang tidak jauh berbeda.

Pathet barang laras pelog terletak di nada (nem), kempyung di nada (ro), dan menghindari nada )ji). Pathet barang disebut juga dengan dhong pi karena cenderung memainkan notasi nada (pi) dalam setiap lagu.

Pathet limo laras pelog terletak di nada (mo), kempyung di nada (ji), dan menghindari nada (pi).

Pathet nem laras pelog terletak di nada (ro), kempyung di nada (mo), dan menghindari nada (pi). Selain itu, nada ro pada pathet nem pelog dapat pula diganti dengan nada (nem). Sehingga pathet limo dan pathet nem dijuluki sebagai dhong bem, karena kecenderungannya yang sama-sama memainkan nada rendah.

Notes: Dalam pelog hampir jarang digunakan nada pat, sebab notasi tersebut bisa digantikan oleh nada lu.

Semoga pengetahuan yang tidak seberapa ini dapat bermanfaat bagi Sahabat RTI sekalian. Cintailah keragaman budaya nusantara dengan melestarikannya. Boleh modern, tapi jangan tinggalkan jati diri bangsa.

Keluhuran budi terletak pada nurani. Akal sehat terbentuk dari kebijaksanaan. Mari satukan karsa, manunggal dalam cipta dan rasa. RTI memang is the best!

Salam Bineka Nusantara. Rahayu, Rahayu, Rahayu. Wilujeng santoso, kalis ing sambikolo.

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai